Siapakah Ibnu Mahdi?

Imam Abdurrarman bin Mahdi alAnbari
 
 
Nasab:
Beliau adalah Abu Sa'id Abdurrahman bin Mahdi bin Hassan bin Abdurrahman al'Anbari alBasri. Beliau berasal dari Basrah lalu berpindah ke Baghdad dan mengajar di sana. Termasuk salah seorang ulama Rabbani, penghafal hadis. Orang yang mendalam pengetahuannya dalam atsar, sanad dan keadaan para perawi. Abdurrahman bin Mahdi adalah Imam yang dijadikan hujjah, teladan dalam hal ilmu mahupun amal. Menurut Imam Ahmad bin Hanbal beliau dilahirkan pada tahun 135 H.
 
 
Guru-guru:
Beliau menuntut ilmu hadis semenjak usia belasan tahun dan belajar daripada banyak ulama. Di antaranya: Aiman bin Naabil, Shalih bin Dirham, Jarir bin Haazim, Mu'awiyyah bin Shalih, Hisyam bin Abu Abdillah, Ismail bin Muslim seorang hakim di jazirah Qois, Khalid bin Dinar, Sufyan, Syu'bah, Abu Ya'la, 'Ikrimah bin 'Ammaar, Ali al Bahili, Imran Al Qahthan, al Mutsanna bin Sa'id, Yunus bin Abu Ishaq, Washil bin Abdurahman, Abaan bin Yazid, Malik bin Anas, Abdul Aziz bin Majisyun dan banyak lagi.
 
 
Pujian para ulama ke atas beliau:
  • Abdurrahman bin Mahdi dalah Imam yang dijadikan hujjah, teladan dalam hal ilmu dan amal.Imam Asy Syafii berkata," Aku tidak mengetahui bandingannya dalam masalah ini".
  • Imam Ahmad bin Hanbal berkata," Abdurrahman bin Mahdi lebih faqih daripada Yahya Al Qahthan. Jika terdapat perbezaan pendapat antara Abdurrahman dan Waqi', maka Abdurrahman lebih kuat karena dia lebih dekat kepada masa wahyu. Di antara keduanya ada perbezaan pendapat sekitar 50 permasalahan, dan setelah aku teliti maka aku dapati kebanyakan kebenaran itu berada di pihak Abdurrahman."
  • Imam Ahmad juga berkata,"Ibnu Mahdi adalah orang yang paling banyak hafalan hadisnya, Beliau adalah orang yang tsiqah (terpercaya)."
  • "Tidaklah aku melihat dengan mata kepala sendiri, orang yang seperti Yahya bin Sa'id dan Abdurrahman bin Mahdi dalam keimaman."
  • Juga dikatakan bahwa jika Abdurrahman menceritakan hadis dari seseorang, maka orang tersebut adalah tsiqah.
  • Imam Ibnu Al Madini berkata, "Abdurrahman bin Mahdi adalah orang yang lebih mengetahui tentang hadis."
  • "Orang-orang yang bermazhab Tabi'in Ahlul Madinah setelah Imam Malik bin Anas adalah Abdurrahman bin Mahdi, dan beliau mencontohi kaedah-kaedah mereka. Aku memperhatikan sanad-sanad hadis, ternyata sanad-sanad tersebut berkisar kepada 6 orang, kemudian bercabang menjadi 12 orang, selanjutnya ilmu-ilmu itu disampaikan kepada Yahya bin Sa'id, Zakaria bin Abi Zaidah, Ibnul Mubarak, Waqi', Abdurrahman bin Mahdi dan Yahya bin Adam."
  • Ayyub Al Mutawakkil berkata, "Bila kami ingin mengetahui tentang perkara agama dan juga perkara dunia maka kami akan menemui Abdurrahman bin Mahdi.” Juga dikatakan jika Hammad bin Zaid melihat Abdurrahman bin Mahdi di majlisnya, dia menundukkan wajahnya.
  • Muhammad bin Abu bakar berkata," Tidaklah aku melihat seorangpun yang lebih itsqan (kuat ingatannya) terhadap yang dia dengar dan yang tidak dia dengar dari Abdurrahman bin Mahdi."
  • Abdullah bin Umar berkata, "Abdurrahman telah menyampaikan/mengajarkan 20 000 hadis dengan hafalannya."
  • Muhammad bin Amru bin Nabhaan mendengar Ali Ibnu Al Madini berkata," Seandainya aku boleh bersumpah di antara rukun Yamani dan makam Ibrahim, tentulah aku akan bersumpah dengan nama Allah, bahwa aku tidak melihat seorangpun yang lebih alim dari Abdurrahman bin Mahdi.” Dan ada perkatan serupa degan hal ini dari jalur Abu hatim Ar Razi.
  • Ziyad bin Ayyub bercerita," Setelah kami keluar dari majlisnya Husyaim, maka Imam Ahmad, Yahya bin Ma'in dan para sahabatnya bersama seorang pemuda masuk dalam masjid dan kami pun menulis hadis darinya. Ternyata pemuda itu adalah Abdurrahman bin Mahdi."
  • Shadaqah bin Al Fadhl bertamu kepada Yahya bin Sa'id untuk bertanya tentang suatu masalah, maka beliau menyarankan kepadaku untuk belajar dari Abdurrahman bin Mahdi, dan dikatakan, Abdurrahman bin Mahdi telah banyak memberikan manfaat kepadaku dalam bidang hadis, saya bertanya tentang hadis kepadanya lantas beliau menyebutkannya.
  • Ahmad bin Sinan bercerita," Dahulu dilarang bercakap-cakap di majlis Abdurrahman bin Mahdi, tidak boleh bermain dengan pen, tidak boleh tertawa dan tidak boleh berdiri. Kepala mereka tenang (tidak bergerak-gerak) seakan-akan diatas kepala mereka ada burung, mereka seperti sedang khusyu solat. Jika beliau melihat salah seorang bercakap sendiri, maka beliau langsung memakai sandalnya dan pulang."
  • Muhammad bin Abdurrahim mendengar Ali berkata (tatkala menyebutkan fuqoha sab'ah (tujuh orang faqih), "Orang yang paling alim tentang pendapat dan hadis-hadis adalah Ibnu Syihab, kemudian Imam Malik dan setelahnya adalah Abdurrahman bin Mahdi."
  • Muhammad bin Yahya Adz Dzuhli berkata," Tidaklah saya melihat Abdurrahman bin Mahdi membawa kitab tatkala menyampaikan hadis.
  • Yusuf bin Dhahak mendengar Al Qawariri berkata," Ibnu Mahdi adalah orang yang mengetahui hadis-hadisnya dan juga mengetahui hadis-hadis yang tidak ada pada dirinya, adapun Yanya Al Qahthan adalah orang yang (hanya) mengetahui hadis yang ada pada dirinya."

Kata-kata beliau:
  • Abdurrahman bin Mahdi menceritakan,"Apabila seseorang bertemu dengan orang yang lebih alim darinya maka itu merupakan ghonimah (harta rampasan) yang besar baginya, karena dia boleh belajar darinya. Jika seseorang bertemu dengan orang yang sama ilmunya maka orang tersebut boleh belajar darinya dan orang itu juga boleh mengajarnya. Dan apabila seseorang bertemu dengan orang yang ilmunya dibawahnya maka dia bertawadlu (rendah hati) kepadanya dan mengajarkan ilmu kepadanya. Dan tidaklah seseorang akan menjadi imam dalam ilmu hadis, jika membicarakan setiap yang dia dengar. Juga menyampaikan berita dari siapa pun tapi menyelisihi berita orang yang lebih terpercaya. Dan menghafalnya untuk itqan (memantapkan ilmunya)".
  • Beliau juga berkata, "Dahulu saya ikut duduk-duduk pada hari Jumaat. Jika anggota majlis itu banyak , mereka bergembira, dan apabila berkurang atau sedikit mereka bersedih, lalu hal ini aku tanyakan kepada Bisyr bin Manshur, maka dia menjawab," Itu adalah majlis suu' maka janganlah kamu kembali duduk bersama mereka." Maka aku pun tidak pernah lagi duduk-duduk lagi bersama mereka."
  • Beliau berkata kepada seorang pemuda dari keturunan penguasa Ja'far bin Sulaiman," Telah sampai berita kepada saya, bahwa kamu telah berkata yang salah tentang Rabb, kamu mensifatiNya dengan sesuatu dan menyerupakanNya ?" Lantas pemuda itu menjawab," Ya". Lalu Ibnu Mahdi berkata," Mari kita teliti ! Bahwa kita tidak mengetahui ada makhluk Allah yang lebih sempurna daripada manusia." Lalu beliau menjelaskan tentang masalah sifat-sifat yang ada pada makhluk dan bentuk/rupanya. Kemudian berkata," Wahai anakku, jangan tergesa-gesa! Kita telah membicarkan awal sesuatu dari makhluk, maka kalau kita saja tidak mampu untuk mengetahui dengan mendalam, tentulah terhadap Khaliq (Pencipta) kita tidak mampu lagi. Kemudian beliau membawakan hadis dari Syu'bah melalui jalur Asy Syaibani dari Sa'id bin Jubair dari Abdullah berkaitan dengan firman Allah Azza wa Jalla ," Sesungguhnya dia melihat sebahagian tanda-tanda (kekuasaan) Rabbnya yang paling besar" {QS An Najm-18}. Beliau melanjutnya," Maksudnya Rasulullah Salallahu Alaihi Wassalam melihat Jibril, dan Jibril itu memiliki 600 sayap. "Kemudian pemuda tadi berfikir dan berkata," Wahai Abu Sa'id , saya tidak mampu mendalami sifat-sifat yang ada pada makhluk. Maka saksikanlah bahwa saya adalah tidak mampu mendalami (sifat-sifat Allah) dan ruju' (kembali kepada kebenaran).
  • Diriwayatkan bahwa Ibnu Mahdi berkata," Barangsiapa belajar bahasa arab maka hasil akhirnya akan menjadi seorang Muadhib (sasterawan). Barangsiapa belajar syair maka akan menjadi penyair yang akan menyindir atau memuji dengan batil. Barangsiapa belajar ilmu Kalam (falsafah) maka dia akan menjadi zindiq (orang yang merusak agama). Dan barangsiapa belajar hadis maka dia akan menjadi imam, apabila dia lalai kemudian dia kembali bertaubat maka (urusannya) dikembalikan kepadanya."
  • Lebih dari seorang yang meriwayatkan dari Abdurrahman bin Mahdi, bahwa dia berkata, "Sesungguhnya Jahmiyyah ingin menolak bahwa Allah telah berbicara dengan Musa dan menolak bahawa Allah itu bersemayam diatas ArasyNya. Saya berpendapat bahwa mereka harus disuruh bertaubat, kalau mereka bertaubat, maka kita terima, kalau menolak, maka dipenggal kepalanya."
  • Abdurrahman bin Mahdi berkata, "Tidaklah saya melihat sebuah kitab yang lebih shahih dalam Islam setelah Al Quran dari Al Muwatta' karya Imam Malik."
  • Abdurrahman bin Mahdi berkata tatkala menjelaskan sabda Rasulullah Salallahu Alaihi Wassalam, "Tinggalkan apa-apa yang meragukanmu kepada apa-apa yang tidak meragukanmu." Beliau berkata, "Maksudnya ambillah apa-apa yang tidak meragukanmu sehingga engkau tidak terjerumus dalam keraguan."
  • Menurut Ibnu Madini, Abdurrahman bin Mahdi pernah berkata," Tinggalkanlah orang yang menjadi penyokong bid'ah yang menyeru kepada kebid'ahan."
  • Ubaidullah bin Sa'id mendengar Ibnu Mahdi berkata, "Tidak boleh seseorang itu menjadi imam sampai dia mengetahui mana hadis yang sahih dan mana yang tidak sahih."
  • Nu'aim bin Hamaad bertanya kepada Abdurrahman bin Mahdi, "Bagaimana engkau mengetahui seseorang itu pendusta?" Kemudian beliau menjawab, "Sebagaimana seorang doktor mengetahui orang gila."
  • Abu Ubaid mendengar Abdurrahman bin Mahdi berkata, "Tidaklah saya tinggalkan hadis dari seseorang melainkan setelah aku berdoa kepada Allah untuknya dan membaca basmallah."
  • Ibrahim bin Ziyad bertanya kepada Abdurrahman bin Mahdi, "Apa pendapatmu terhadap orang-orang yang mengatakan Al Qur'an itu makhluk?", Maka beliau menjawab," Seandainya saya jadi penguasa, maka saya akan berdiri diatas jambatan. Kemudian tidaklah seseorang yang lewat di jambatan itu melainkan saya tanyakan tentang hal itu. Kalau dia menjawab Al Qur'an itu makhluk, akan saya penggal kepalanya dan ku lempar ke sungai."
  • Abu Bakar bin Abul Aswad mendengar Ibnu Mahdi setelah menyebutkan tentang perihal Jahmiyyah, beliau berkata, "Saya tidak akan menikahkan seorang pun dengan mereka dan saya tidak akan solat di belakang mereka."
  • Abdurrahman bin Umar mendengar Abdurrahman bin Mahdi berkata," Jahmiyah menghendaki untuk menolak sifat kalam bagi Allah, dan pendapat yang benar bahwa Al Qur'an adalah kalamullah dan Dia berbicara kepada Musa, sebagaimana firmanNya, "Dan Allah telah berbicara kepada Musa dengan langsung." {QS AN Nisa' 164}
  • Abdurrahman bin Muhammad mendengar Abdurrahman bin Mahdi berkata, "Fitnah dalam masalah hadis itu lebih dasyat akibatnya dibanding dengan fitnah harta dan anak."
  • Abu Qudamah mendengar Abdurrahman bin Mahdi berkata, "Sungguh saya mengetahui cacat cela sebuah hadis lebih aku sukai daripada saya mengambil manfaat dari 10 hadis."
  • Seseorang bertanya kepada Abdurrahman bin Mahdi tentang seseorang yang berngan-angan mati karena takut fitnah dari agamanya. Maka beliau menjawab," Saya berpendapat hal itu tidak mengapa, akan tetapi jangan berangan-angan dengan berbahaya dan kejahatan. Abu Bakar, Umar dan selain keduanya telah berangan-angan dengan kematian (syahid).”
  • Abdurrahman ditanya seseorang, “Manakah yang lebih kamu sukai, engkau diampuni dosamu atau engkau hafal hadis?” Maka beliau menjawab," Aku lebih suka hafal hadis."
  • Abdullah mendengar Abdurrahman bin Mahdi berkata, "Haram hukumnya seseorang berfatwa kecuali bila dia menukil dari orang yang tsiqah.” Dan beliau membenci orang yang duduk-duduk dengan ahli ahwa dan orang yang mendahulukan akalnya.

Meninggal dunia:
Ibnu Al Madini berkata," Abdurrahman bin Mahdi berkeluarga. Saya mengunjungi rumahnya setelah beliau meninggal. Ketika saya melihat warna hitam di arah kiblat, maka saya bertanya kepada isterinya, "Apa ini?", maka isterinya menjawab," Itu adalah tempat Abdurrahman bin Mahdi meletakkan dahinya, dia dahulu sentiasa solat malam dan kalau penat atau mengantuk dia meletakkan dahinya disitu."
Abdurrahman bin Mahdi meninggal di Bashrah pada bulan Jamadil Akhir tahun 198 H.
 
 
Rujukan:
  1. Siyar A'lamin Nubala , azZahabi
  2. Tadzkirah alHuffaz, azZahabi
  3. Tarikh Baghdad, alKhatib alBaghdadi

No comments:

Post a Comment